Media sosialisasi di Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Contoh media
sosialisasi dilingkungan kerja :
1) Lingkungan kerja dalam panti asuhan
Orang yang
bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan
tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2) Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan
terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.
Setelah menyelesaikan sekolah,
seseorang kemudian memasuki lingkungan kerja. Ada berbagai macam lapangan
pekerjaan di masyarakat. Didalam lingkungan kerja maupun, seseorang selalu
berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial itu membuat orang saling
menerima dan memberi pengaruh. Terjadilah penyesuaian tingkah laku,baik
penyesuaian antarpribadi maupun penyesuaian dengan lingkungan kerja secara
umum. Penyesuaian itulah yang membentuk kepribadian seseorang, karena dalam
interaksi tersebut terjadi sosialisasi nilai dan norma sosial.
Selain itu, dalam lingkungan kerja,
seseorang mengemban fungsi dan tanggung jawab dalam pekerjaannya. Dalam hal
seperti ini, orang tersebut sedang menjalankan peran tertentu dalam organisasi
kerja yang melibatkan dirinya. Dia bisa menjadi pimpinan perusahaan, pimpinan
bagian, atau karyawan biasa. Semua peran itu menuntut seseorang mematuhi norma
dan menjunjung nilai-nilai sosial demi lancarnya pekerjaan.
Walaupun lingkungan kerja bukan lagi
sebuah keluarga atau sekolah, namun disana seseorang juga masih belajar. Sebab,
pada dasarnya belajar adalah proses sepanjang hidup. Apabila seseorang memasuki
lingkungan kerja baru, maka dia akan menghadapi orang-orang dan situasi baru.
Semua itu membutuhkan interaksi yang melibatkan nilai dan norma tertentu.
Nilai-nilai itu antara lain nilai kerjasama, tanggung jawab, toleransi,
kejujuran, keloyalitas, dan penghargaan terhadap prestasi serta semangat kerja.
Menurut Mardiana (2005) “Lingkungan
kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para
pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi
pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas
sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja
pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang
terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta
lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Menurut Nitisemito (2001) ”Lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugastugas
yang diembankan.”
Jenis
Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2007) “Secara
garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: 1) lingkungan
kerja fisik, dan 2) lingkungan kerja non fisik”.
1. Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007) “lingkungan
kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan
kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan
kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor
fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,
kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah
laku manusia.
Menurut Sarwono (2005) “Peningkatan
suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah
menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan
semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas
tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan
terganggunya pula prestasi kerja.
Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja
fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada
prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu udara.”
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa lingkungan
kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun
hubungan dengan bawahan”.
Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja
yang tidak bisa diabaikan. Menurut Nitisemito (2001) perusahan hendaknya
dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi
yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan
pengendalian diri.
Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja,
bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan.
Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan. Pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional di
tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak
terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan karena manusia itu bekerja
bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja.