A.
PRESTASI DIRI BAGI KEUNGGULAN BANGSA
Setiap
bangsa di dunia ini tentu memiliki kekhasan yang berbeda satu dengan yang lain.
Tidak terkecuali dengan bangsa dan negara Indonesia. Sejak berdirinya pada
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memiliki prestasi diri yang
tidak sedikit. Prestasi diri adalah suatu kebanggaan yang telah
dimiliki/diraih oleh suatu bangsa. Prestasi diri dapat dimiliki oleh
individu maupun kelompok bahkan bangsa. Seperti baru-baru ini Human Development
Index Indonesia tahun 2007 menduduki peringkat 107 dunia, atau mengalami
peningkatan prestasi dalam menangani korupsi dan tidak lagi menjadi negara
terkorup seperti
sebelumnya.
Setiap
manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi.
Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya
sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau tidak, juga untuk membawa nama
baik bangsa dan negara jika memang bisa. Pengertian prestasi yaitu hasil
yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan. Prestasi tiap orang
tidak akan sama, ada yang berprestasi dalam hal :
• melukis
• berolahraga
• irama musik
• cepat
menghitung
• puisi
• pemimpin
• menyesuaikan
diri
• tampil menawan
dan lain-lain
Manakah
yang paling bagus prestasinya? Tidak mungkin terjawab dengan tepat, karena
masing-masing peristiwa menampilkan “tokoh” yang memiliki kecerdasan dalam
bentuk yang berbeda-beda. Prestasi antara orang satu dengan lainnya tentu tidak
akan sama, dan seseorang tidak akan mungkin menjadi orang yang sama persis dengan
orang yang dikagumi prestasinya. Mengapa demikian?
Pada hakikatnya manusia adalah
individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri yang berbeda
satu dengan yang lainnya, sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan
sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu
yang unik (berbeda satu dengan lainnya).
Sebagai Warga Negara Indonesia yang
baik maka setiap orang berusaha berprestasi demi keunggulan bangsa Indonesia
tercinta. Tentu sangat membanggakan jika kita dapat berprestasi seperti Taufik
Hidayat, Susi Susanti, Gita Gutawa Juara menyanyi di Mesir tahun 2007, Usman
Hasan Saputra, Hermawan Kertajaya, Prof Dr Ir BJ Habibie, Dahlan Iskan atau Ir
Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat dan disaksikan sendiri.
Semua
berprestasi
sesuai bidangnya masing-masing. Ada yang di bidang olah raga, seni, budaya,
maupun ilmu pengetahuan serta enterpreneur (wiraswasta).
B.
HUBUNGAN POTENSI DIRI DAN PRESTASI DIRI UNTUK
BERPRESTASI
SESUAI KEMAMPUAN
Salah satu aturan main dalam
permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum
kompetisi/ persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki
keinginan umum yang sama : ingin kaya, ingin dihormati atau ingin
berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat
mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian? Hal ini karena
masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya.
Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna, kesempurnaan tersebut dapat
dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu ada kebaikan ada
pula keburukan. Ada kekuatan tetapi juga ada kelemahan. Manusia sebagai mahluk berpotensi
yang selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya, harus mampu mengenali ke dua
sisi tersebut dengan baik. Namun tidak semua manusia berkehendak dan mau
bekerja keras untuk mendayagunakan potensinya.
Kekuatan yang berupa potensi-potensi
diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang
tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik. Potensi berasal dari kata
bahasa Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan
kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara
maksimal. Potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya
tersebut masih terpendam dalam diri yang bersangkutan. Setiap manusia pada
dasrnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja
keras untuk mendayagunakan potensi tersebut.
Pengertian
potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi.
Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang
memilikinya. Potensi diri ada yang positif dan ada
yang negatif.
Potensi diri
yang positif seperti :
1. Memiliki
idealisme
Sebagai generasi
muda kita harus memiliki ide yang kita yakini kebenarannya dengan didukung
fakta dan berusaha untuk mewujudkannya dalam tujuan
hidup kita.
2. Dinamis dan
kreatif
Sifat dinamis
dan kreatif dalam arti selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman tanpa berhenti
untuk berkreasi dalam mencapai tujuan tanpa mengabaikan norma-norma yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, baik norma agama, norma hukum, norma kesusilaan
dan norma kesopanan.
3. Keberanian
mengambil resiko
Setiap tindakan
yang dilakukan bukan tanpa resiko, karena jika ada sebab pasti akan ada akibat.
Untuk itu sebelum bertindak harus selalu mempertimbangkan
masak-masak
resiko yang akan timbul dan berusaha menghadapi serta mengatasinya dengan baik.
4. Optimis dan
kegairahan semangat
Manusia yang
hidup di era globalisasi sekarang ini tidak boleh pesimis, maka sebagai bagian
dari dunia seseorang harus selalu optimis dan memiliki kegairahan semangat
supaya tidak putus asa dan lemah sebelum bertanding. Para pahlawan telah
berjuang merebut kemerdekaan Indonesia tetapi kita yang harus mempertahankan dan
mengisinya melalui karya yang positif.
Bangsa yang maju
adalah bangsa yang rakyatnya mau bekerja keras, ulet dan tangguh dalam
mewujudkan sebuah prestasi. Sebab perlu diingat bahwa Tuhan sendiri tidak akan
mengubah kondisi suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak mau berubah.
5. Kemandirian
dan disiplin murni
Kita adalah
bagian dari bangsa yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri dan memiliki
disiplin yang tinggi. Pendidikan disiplin bukan hanya sekedar patuh
terhadap aturan
tetapi juga harus terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan keinginan
orang lain, serta mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial
secara manusiawi.
6. Fisik yang
kuat dan sehat
Apa artinya jiwa
yang meledak-ledak penuh semangat dengan berbagai ide jika tidak ditunjang oleh
fisik yang kuat dan sehat? Tentu tidak akan ada artinya.
Untuk itu
potensi diri yang positif harus memperhatikan masalah yang satu ini karena
sangat penting peranannya. Ingatkah kalian dengan pepatah: “di dalam badan yang
sehat terdapat jiwa yang kuat (mensana in corporesano)“? Nah potensi
diri yang positif adalah yang menjaga kekuatan dan kesehatan fisik.
7. Sikap ksatria
Ksatria adalah
sikap yang sportif yaitu berani mengakui kesalahan dan kekalahan jika
mengalaminya, serta bersedia meminta maaf untuk tidak mengulangi lagi
perbuatan. Dalam falsafah masyarakat Jawa, seseorang baru pantas bergelar
ksatria jika dia dapat“ menang tanpa mengalahkan, kemudian mengalahkan tanpa
merendahkan dan menyerang tanpa menyakiti .”
8. Terampil
dalam menerapkan IPTEK
Melalui
pendidikan dan pelatihan para siswa diharapkan dapat melatih keterampilannya
dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika memungkinkan dapat
diperdalam di luar sekolah, sehingga menjadi generasi muda yang tidak gagap teknologi,
dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Setelah itu mereka diharapkan dapat
menerapkan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengikuti lomba
komputer
daerah atau
nasional. Ini merupakan peran serta yang baik dari masyarakat dalam menunjang
potensi diri siswa dalam berprestasi sehingga terampil dalam menerapkan IPTEK.
9. Kompetitif
Di tengah
persaingan dunia seperti sekarang ini setiap individu harus mampu menunjukkan
kelebihan dirinya, diantaranya dengan berkompetisi dengan
bangsa lainnya.
Kompetisi berasal dari bahasa Latin to competere yang kalau di
Inggriskan menjadi to seek together (mencari bersama), to
agree (menyetujui) atau to coincide (menyepakati bersama).
Sebenarnya dalam berkompetisi tidak ditemukan adanya ajaran yang menjadikan
orang lain sebagai objek atau musuh. Jadi kompetitif adalah orang lain
dijadikan sebagai mitra dalam mencapai suatu prestasi.
Masalah yang
muncul jangan sampai kata kompetisi menjadi konkurensi (to conquer
defeat/overcome enemy) mengalahkan orang lain/musuh. Oleh karena
hasil yang dicapai bukan lagi kemenangan (winning) melainkan memukul
mundur (beating). Selain itu jika kompetisi mensyaratkan adanya kompetensi
atau keahlian, maka dalam konkurensi akan ada komparasi, gaya hidup
membandingkan secara tidak sehat, dan praktik konkurensi adalah produk muatan pikiran
irrasional yang bertentangan dengan logika hidup rasional. Bersaing itu sehat
karena ada acuan, akan mendorong terciptanya energi dan akan dapat memacu
prestasi diri seseorang, asal jangan menghalalkan segala cara, dan harus selalu
ingat dosa dan Tuhan selalu mengawasi perilaku umatnya. Jika harus bersaing
seharusnya dimulai dengan langkah sebagai berikut :
a. Berani
memulai
b. Fokus pada
keunggulan
c. Transformasi
energi konkurensi
Maksudnya seseorang jika hendak
bersaing harus mempersiapkan ke tiga hal di atas yaitu berani memulai tidak
menunda, kemudian memfokuskan pada keunggulan yang dimiliki serta yang tidak
kalah pentingnya adalah mengubah energi persaingan yang bersifat negatif
menjadi sesuatu yang positif, supaya terjadi persaingan yang sehat dan mencapai
hasil yang optimal.
10. Daya pikir
yang kuat
Untuk mencapai keberhasilan,
seseorang harus memiliki daya pikir yang kuat dan didukung dengan motivasi yang
kuat pula dalam dirinya. Karena hal ini merupakan penggerak untuk melakukan
aktivitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Descartes “Aku berfikir maka aku
ada”. Jika orang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berpikir dengan kuat
maka dia akan mampu berprestasi dengan baik.
11. Memiliki
bakat
Seseorang yang memiliki bakat yaitu
mempunyai potensi yang dimilikinya sungguh beruntung karena akan mudah dalam
mewujudkan prestasi dirinya. Untuk itu perlu dukungan dari keluarga dan
lingkungan. Bakat yang besar tadi arus
didukung dengan motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Seorang pemimpin yang
hebat selain bisa dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan akan lebih hebat
jika dia memiliki bakat terpendam sebagai potensi dirinya.
Dalam upaya
mengembangkan potensi diri ada 4 tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Mengenali
diri sendiri
b. Memposisikan
diri
c. Mendobrak
diri
d. Aktualisasi diri
Selain potensi
diri yang positif setiap manusia juga memiliki potensi diri yang negatif
seperti:
1. Mudah diadu
domba
Semua kelebihan yang dimiliki dapat
hilang percuma jika seseorang masih mudah diadu domba. Dalam berbagai aspek
kehidupan hendaknya harus berhati-hati karena seseorang bisa diadu domba atau
bahkan mungkin tergoda
untuk menjadi
pelakunya. Hal ini arus dihindari, karena sangat merugikan diri sendiri.
2. Kurang
berhati-hati
Pepatah “biar lambat asal selamat”
memang bisa diganti dengan “biar cepat tapi selamat”, tetapi tetap harus waspada
dan berhati-hati. Mengapa demikian? Oleh karena kita sering terburu-buru tanpa
memperhatikan resiko lainnya asalkan tujuan tercapai. Akibatnya memang tujuan
tercapai tetapi ada resiko besar yang didapatkan.
3. Emosional
Emosional merupakan suatu keadaan
perasaan atau kondisi kejiwaan yang sedang labil sehingga dapat mengganggu hubungan
dengan orang lainnya. Biasanya muncul pada saat keadaan tidak normal, sehingga
individu yang sedang emosional kurang bisa mengendalikan diri. Dia bisa marah,
berteriak ataupun menangis. Sebenarnya semua aktivitas tadi boleh saja
dilakukan asalkan tetap terkendali dan tidak mengganggu orang lain.
Potensi diri yang positif adalah
jika kita tidak mudah emosional yaitu kita memiliki kecerdasan emosi (emotional
quotient) yang baik.
4. Kurang
percaya diri
Banyak dari generasi muda yang belum
mengerjakan sesuatu sudah menyerah dengan mengatakan tidak mampu melaksanakannya.
Jadi generasi muda menyerah atau kalah sebelum bertanding. Sebenarnya ada
kemampuan tetapi karena kurang percaya diri menjadi tidak mau melakukan
sesuatu. Sungguh disayangkan karena kesempatan emas menjadi hilang. Hal ini
berarti harga diri (self esteem) mereka adalah negatif karena
cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Potensi diri
yang positif adalah jika kita memiliki rasa percaya diri yang besar.
Ciri-ciri
individu yang kurang percaya diri :
a. Berusaha
menunjukkan sikap konformis, sematamata demi mendapatkan pengakuan dan
penerimaan kelompok
b. Menyimpan
rasa takut /kekhawatiran terhadap penolakan
c. Sulit
menerima realita diri (terutama dalam menerima kekurangan diri) dan memandang
rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak memasang harapan yang tidak
realistik terhadap diri sendiri
d. Pesimis,
mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
e. Takut gagal,
sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk
berhasil
f. Cenderung
menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri
sendiri)
g. Selalu
menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya
tidak mampu
h. Mempunyai external
locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan
dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
Apakah kalian termasuk orang yang
kurang percaya diri? Jika ya, maka sebaiknya hindarilah sifat tersebut.
Karena hal tersebut akan merugikan
diri kita. Jika tidak, maka bersyukurlah dan pertahankan karena itu merupakan
sesuatu yang berharga bagi diri kalian dalam
mencapai
prestasi.
5. Kurang
mempunyai motivasi
Manusia bukanlah benda mati yang
bergerak hanya bila ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan makhluk
yang mempunyai daya dalam dirinya untuk
bergerak. Inilah
yang dinamakan motivasi. Sehingga motivasi sering disebut penggerak perilaku (the
energizer of behaviour).
Motivasi
adalah bidang yang amat sering dipelajari oleh para psikolog karena pengetahuan
akan determinan perilaku ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan
mengendalikan dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia.
Ini berhubungan dengan prestasi diri sebagai suatu perilaku yang muncul karena potensi
diri yang ada dengan didorong motivasi yang kuat. Motivasi adalah dorongan
baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar diri
seseorang tersebut, misalnya dari keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Adanya motivasi akan mempercepat tercapainya tujuan untuk berprestasi.
Oleh karena itu kita harus punya
motivasi supaya kebutuhan hidup terpenuhi, mulai dari yang paling rendah sampai
yang paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Abraham H Maslow, yaitu dari
kebutuhan fisiologis dasar,
kebutuhan rasa
aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan
paling tinggi kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kesempatan
dan kebebasan
untuk mewujudkan cita-cita sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu.
Hubungan
antara potensi diri dengan prestasi diri sangat erat, karena untuk berprestasi
seseorang harus mengenali terlebih dahulu potensi yang ada dalam dirinya.
Potensi diri yang negatif harus dihilangkan, sebaliknya potensi yang positif
harus dimunculkan.
Jadi kita seharusnya memaksimalkan potensi
atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita. Menurut Andri
Wongso, caranya : Pertama berkomitmen untuk menghilangkan kelemahankelemahan tersebut,
ke dua melakukan usaha yang sungguh-sungguh untk menghentikan pengaruhnya
setiap kali
kelemahan diri tersebut muncul dan ke tiga menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru
yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan
kelemahan-kelemahan kita.
Dan ke tiganya ini harus dimulai
sekarang juga karena tindakan adalah kekuatan
Orang yang punya
potensi disebut juga dengan manusia unggul terlebih jika dia dapat mewujudkan potensinya
dengan baik, akan tetapi jangan sampai
menjadi sombong.
Ciri-ciri manusia unggul adalah :
1. Memiliki
keimanan yang utuh.
2. Melaksanakan
amal ibadah
3. Memiliki
akhlak mulia, yang terdiri dari amanah, ikhlas, tekun, berdisiplin, bersyukur,
sabar, dan adil.
Ke tiga hal ini akan semakin lengkap
jika didukung oleh hal-hal positif yang dimiliki oleh seseorang. Prestasi diri
seseorang akan semakin bermakna jika dilandasi oleh keimanan yang kuat terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berprestasi bukan semata kepentingan pribadi tetapi
demi kepentingan yang lebih luas lagi. Untuk kepentingan nusa, bangsa dan
negara.
C.
PERAN SERTA DALAM BERBAGAI AKTIVITAS UNTUK
MEWUJUDKAN
PRESTASI DIRI SESUAI KEMAMPUAN
DEMI KEUNGGULAN BANGSA
Prof
Dr Ir BJ Habibie dan Ir Ciputra mereka adalah putra bangsa yang banyak
perprestasi sesuai dengan potensi masing-masing. Ir Ciputra salah satu
pengusaha yang sukses dalam bidang properti dan peduli pada pendidikan, selain seorang
yang sukses sebagai enterpreneur yang mampu menghasilkan berbagai projek
di Indonesia. Menurut Ir Ciputra entrepreneur bukanlah suatu hal yang
bersifat mistik dan misterius, juga bukan soal bakat, tetapi bisa dibentuk
melalui pelatihan dan pendidikan yang terarah sejak usia dini. Sejak sekarang
generasi muda harus punya keinginan yang berlipat, ngotot, dan bekeja keras
menjadi wirausahawan. Enterpreneur mampu menciptakan peluang dan selalu
menjadi inovator, juga berani mengambil resiko. Ada 10 manfaat dari hasil
temuannya yang diteliti sejak tahun 1992 sampai mendapatkan hasil pada tahun
2002, tetapi baru diumumkan secara luas tahun 2006. Manfaat Nutrisi Saputra
adalah menghemat pupuk, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas,
ramah lingkungan, mudah dibawa dan disimpan, tahan kekeringan, panen lebih
cepat, penggunaan mudah, banyak
gunanya dan
ketersediaan stok barang. Selain itu lebih tahan hama, dan rendemen lebih
tinggi.
Prof Dr Ir BJ Habibie selain dikenal
sebagai mantan Wapres dan Presiden RI ke tiga, dikenal juga dengan prestasinya
di bidang pesawat terbang dan kehliannya
di bidang
teknologi. Beliau mendirikan The Habibie Center pada tanggal 10 November 1999
di Jakarta. Lembaga ini didirikan sebagai suatu kendaraan yang diharapkan dapat
membawa rakyat Indonesia untuk memulai proses demokratisasi dan perlindungan
hak asasi manusia yang berkelanjutan. Sebagai seorang mantan Presiden beliau menyadari
adanya suatu kebutuhan untuk mempromosikan dan mengembangkan konsep demokrasi
di Indonesia.
Umar Hasan
Saputra, Ir Ciputra dan Prof Dr Ir BJ Habibie merupakan orang-orang yang
mempunyai potensi diri (bakat) di bidang masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari
tiga hal yaitu (1) kemampuan di atas rata-rata, (2) kreativitas dan (3)
tanggung jawab terhadap tugas. Ini berarti mereka memiliki kemampuan di atas
rata-rata dan punya ciri-ciri kreativitas seperti dikemukakan oleh Cholisin
sebagai berikut :
1. Dorongan
ingin tahu besar
2. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan
banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam
menyatakan pendapat
5. Mempunyai
rasa keindahan
6. Menonjol
dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
8. Memiliki rasa
humor tinggi
9. Daya
imajinasi kuat
10. Keaslian
(orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan
masalah)
11. Dapat
bekerja sendiri
12. Kemampuan
elaborasi (mengembangkan atau memerinci) suatu gagasan.
Bagaimana dengan kalian apakah
memiliki ciri-ciri kreativitas seperti yang telah disebutkan di atas?
Selain itu ciri-ciri kreativitas
dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of
curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat
beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan
menempuh resiko.
Prestasi diri merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan, dan akan optimal
jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam kaitannya dengan anak
berbakat dinamakan anak lantip, Gardner memiliki pandangan yang berbeda, ia
menyatakan bahwa “keberbakatan” manusia bukanlah berdasarkan skor tes standar
semata, namun sebagai:
1. Kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2. Kemampuan
untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3. Kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
penghargaan dalam budaya seseorang.
Anak berbakat (anak lantip)
dibedakan dari anak jenius. Anak jenius disebut juga anak berbakat taraf sangat
tinggi (highly gifted) yang sangat jarang ditemukan sedangkan anak berbakat
banyak ditemukan di sekolahsekolah. Ada lima macam keberbakatan, yaitu
(1) keberbakatan
intelektual,
(2) keberbakatan
akademik,
(3) keberbakatan
kreatif,
(4) keberbakatan
kepemimpinan dan sosial, dan
(5)
keber-bakatan seni.
Karakteristik lantip
menurut Kitano dan Kirby memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• fisik yang
menarik dan rapi dalam penampilan;
• diterima oleh
mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa;
• keterlibatan
dalam beberapa kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif;
• kecenderungan
dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh
teman sebayanya;
• memiliki
kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang (egalitarian) dan
jujur;
• perilakunya
tidak defensif dan memiliki tenggang rasa;
• bebas dari
tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan
situasi;
• mampu
mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa;
• mampu
merangsang perilaku produktif bagi orang lain;
• memiliki
kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, humor,
dan pemahaman.
Karakteristik
di atas biasanya dimiliki oleh mereka yang telah berprestasi. Prestasi akan mencapai
hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat kesempatan pengembangan bakat
(lantip) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru yang memberikan
peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara optimal. Kepribadian
guru dapat membantu siswa untuk berprestasi antara lain :
1. Bersikap
terbuka terhadap hal-hal baru
2. Peka terhadap
perkembangan anak baik secara fi sik maupun psikis
3. Mempunyai
pertimbangan luas dan dalam
4. Penuh pengertian
5. Mempunyai
sifat toleransi
6. Mempunyai
kreativitas yang tinggi
7. Bersikap
ingin tahu
Selain
memiliki kepribadian, guru juga harus memiliki hubungan sosial dengan siswa
yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka dan pandai bergaul dengan
anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak
tersebut. Selain
itu guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dan mudah
bergaul serta
mampu memahami dengan cepat tingkah laku anak berbakat tersebut. Untuk anak
berbakat memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang
mereka bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara kritis,
meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk itu
kebesaran hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah lebih
memperhatikan mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain
guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan potensi
diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai kemampuannya.
Meskipun hak utama pengajaran yang
utama ada di tangan orangtua, tetapi alangkah baiknya jika orangtua tidak
memaksakan kehendak kepada anaknya untuk menjadi apa kelak. Orangtua seharusnya
bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi apa kelak, tetapi
tetap di sampingnya untuk selalu mendampingi dan mengingatkannya jika mereka
salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas, doa dan dorongan demi keberhasilan
anaknya.
Peran
masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya seseorang
berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak
langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna.
Berbeda
jika hasil prestasi dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu akan lebih
bermakna, seperti prestasi Tim bulutangkis Indonesia, kemenangan Tim Olimpiade Fisika
Indonesia maupun temuan Nutrisi Saputra oleh Usman Hasan Saputra. Peran
masyarakat juga bisa dengan memberikan dukungan dana dalam suatu prestasi yang
dicapai seseorang, misalnya memberikan bea siswa, hadiah, atau memberikan biaya
penelitian sehingga menghasilkan suatu prestasi.
Semua
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, seseorang yang punya potensi
diri akan mampu menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang kuat dengan
dukungan keluarga, guru dan masyarakat. Peran guru bisa diganti oleh pelatih
maupun seseorang yang punya kepedulian seperti Yohanes Saputra dalam Tim
Olimpiade Fisika Indonesia ataupun Ir Ciputra dalam penelitian Nutrisi Saputra
oleh Umar Hasan Saputra. Kebutuhan untuk berprestasi terjemahan dari need
of achievement sebagaimana dikemukakan John Atkinson dan David Mc
Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi tercermin dari perilaku
individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan. Orang-orang yang
mempunyai perilaku seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung
jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi
inovatif-kreatifnya. Hal inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat
berprestasi, jika dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat dikatakan
merupakan kebutuhan aktualisasi diri. Tahap aktualisasi diri menurut Andri
Wongso merupakan proses realisasi potensi diri setelah kita mampu melakukan
tindakan-tindakan cepat, berani ambil resiko, dan mampu mengambil pelajaran
atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses perwujudan ini kita dituntut
untuk melakukan segala sesuatunya secara profesional, efektif, dan efisien.
Sebab ini sangat berkaitan dengan peluang atau kesempatan yang kita peroleh.
Berbagai upaya
untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana
dikemukakan oleh Sujiyanto yaitu :
1. Kreatif dan
inovatif
Kreatif
dan inovativ merupakan upaya memiliki daya cipta, dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu hal. Sedangkan inovatif berarti memperkenalkan sesuatu yang baru
bersifat pembaharuan, upaya berprestasi dengan cara memperbarui atau menyempurnakan
metode, sistem, atau strategi yang ada menjadi lebih sesuai atau relevan dengan
perkembangan jaman. Ciri-cirinya antara lain peka terhadap lingkungan, dinamis
dan progresif, serta
terbuka.
2.
Tanggung-jawab
Tanggung
jawab merupakan kewajiban yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk menyelesaikan tugas yang diterimanya dengan sebaik mungkin.
Untuk itu bisa dilakukan dengan cara skala prioritas, fokus program dan
penjadwalan dan optimalisasi kegiatan secara terpadu. Seseorang yang
bertanggungjawab akan dapat berprestasi dengan baik karena dia telah
menyelesaikan kewajibannya dengan baik sesuai yang telah disepakati sebelumnya.
Tanggungjawab tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada masyarakat dan
yang paling tinggi pada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bekerja keras
Orang
yang suka bekerja keras disayang Tuhan, kalian tentu ingat “beribadahlah
kamu seolah akan mati esok hari dan bekerjalah dengan keras seolah kamu akan
hidup 1000 tahun lagi.” Ini berarti setiap orang akan serius dalam
mengerjakan sesuatu. Akan mengoptimalkan seluruh daya dan upaya demi tercapainya
suatu prestasi diri dengan bekerja keras. Dalam bekerja keras kalian tidak akan
terlepas dari kekuatan ketahanan mental, karena pengembangan diri tidak bisa
terlepas dari kekuatan ketahanan mental.
Kesuksesan
yang tidak disertai dengan ketahananmental akan menjadi kesuksesan yang rapuh fondasinya.Untuk
itu ketahanan mental harus kita tempa dan kita tanamkan sejak kita mulai
perjuangan dengan cara memelihara spirit sebagai manusia pembelajar yang
sejati, selalu berdoa, selalu mengucap syukur dan bermeditasi.
4. Memanfaatkan
Sumber Daya
Walaupun manusia sebagai mahluk yang
paling sempurna di dunia ini tetapi tidak dapat hidup sendiri, melainkan tetap
membutuhkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Memanfaatkan sumber daya alam
dan bekerjasama dengan manusia lainnya demi tercapainya tujuan.
Setiap individu dituntut untuk menguasai
beberapa keterampilan seperti keterampilan pribadi, keterampilan sosial,
keterampilan akademik dan keterampilan dalam bidang tertentu. Selain itu
sebagai mahluk sosial, manusia juga dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah
yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Dalam hubungannya dengan prestasi
diri dan sebagai mahluk sosial maka penekanan lebih pada
keterampilanketerampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, biasanya disebut dengan aspek psikososial. Keterampilan
tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan
memberikan waktu yang cukup buat anakanak untuk bermain atau bercanda dengan
temanteman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak,
dan sebagainya. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan
memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia
dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa.
Dalam pandangan Zainun Mu’tadin
bahwa keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang
lebih luas dimana pengaruh temanteman
dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilanketerampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan
dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial
ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
tindakan kekerasan, dan sejenisnya.
Keadaan ini dinamakan prestasi diri
yang negatif atau gagal. Tentu sangat susah untuk membuat mereka berperan serta
dalam berbagai aktivitas yang berujung pada prestasi, atau memiliki prestasi diri
yang positif atau sukses.
Berdasarkan
kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk
menyesuaikan
diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan
aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.Hal ini penting sekali karena
seseorang yang punya potensi sekalipun tidak selamanya akan selalu sukses.
Kadangkala dia akan mengalami kegagalan. Tetapi menanamkan pengertian bahwa
kegagalan adalah sukses yang tertunda adalah penting sekali, sehingga dia akan terpacu
untuk mencoba lagi sampai berhasil.
Kalian tentu
masih ingat ketika masih kecil kita berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan,
tetapi kita selalu mencoba dan mencoba lagi dan akhirnya kita berhasil. Apa
jadinya jika kita tidak mau mencoba lagi tentu kita tidak akan pernah bisa
berjalan bukan? Nah mengapa ketika kalian sudah bertambah usia ketangguhan kita
menghadapi kegagalan semakin berkurang?
Salah satu tugas perkembangan yang
harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah
memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan
diri dengan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan-keterampilan
sosial tersebut meliputi:
1. Kemampuan
berkomunikasi
2. Menjalin
hubungan dengan orang lain
3. Menghargai
diri sendiri dan orang lain
4. Mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain
5. Memberi atau
menerima feedback
6. Memberi atau
menerima kritik
7. Bertindak
sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Apabila keterampilan sosial dapat
dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut
mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal sehingga dia akan dapat
berprestasi.
Hasil studi Davis dan Forsythe,
dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial
(social skill) yaitu:
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Kepribadian
4. Rekreasi
5. Pergaulan
dengan lawan jenis
6.
Pendidikan/sekolah
7. Persahabatan
dan solidaritas kelompok
8. Lapangan
Kerja
Hubungannya dengan prestasi diri
maka seorang remaja dalam pengembangan aspek psikososialnya, harus dapat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif
sehingga membuat tercapainya prestasi diri.
Di bawah ini adalah beberapa hal
yang dapat berpengaruh bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang
pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan.
Jika seorang anak memperoleh
kepuasan psikis dalam keluarga, maka akan sangat menentukan bagaimana dia akan
bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan
psikis yang cukup maka anak tersebut sulit mengembangkan keterampilan
sosialnya. Hal ini dapat
terlihat dari :
• kurang adanya
saling pengertian (low mutual understanding)
• kurang mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
• kurang mampu
berkomunikasi secara sehat
• kurang mampu
mandiri
• kurang mampu
memberi dan menerima sesama saudara
• kurang mampu
bekerjasama
• kurang mampu
mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut
diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap
harmonis.
Keharmonisan dalam hal ini tidaklah
selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak
kasus orangtua sendiri (single parent) terbukti dapat bersifat efektif
dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting
diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam
keluarga. Suasana yang mendukung tercapainya prestasi diri.
2. Lingkungan
Anak-anak harus sudah diperkenalkan
dengan lingkungan sejak dini, meliputi lingkungan fi sik (rumah, pekarangan)
dan lingkungan sosial (tetangga). Selain itu lingkungan juga meliputi
lingkungan keluarga (batih/inti dan keluarga besar), lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat luas. Dengan
pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki
lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara
(keluarga inti), atau kakek dan nenek saja (keluarga besar). Dengan melaksanakan
kegiatan sejenis anak akan semakin bertambah wawasannya.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering
diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya
tidak selalu demikian. Yang tampil
tidak selalu
mengambarkan pribadi yang sebenarnya.
Untuk itulah amat penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga
orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung diremehkan. Untuk itu,
orangtua perlu memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada
hal-hal fi sik seperti materi atau penampilan. Akan tetapi dalam hal tertentu memang
tetap harus memperhatikan penampilan, karena sedikit banyak kepribadian seseorang
memang kadang dapat dilihat dari penampilan seseorang. Oleh karena orang yang
berkepribadian baik biasanya selalu menghargai penampilannya.
4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan
sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa
mendapat kesegaran baik fi sik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa
capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru. Akhirnya akan muncul ide
dan kreativitas baru. 5. Pergaulan dengan Lawan Jenis Untuk dapat menjalankan
peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi
pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex
role behavior (peran perilaku jender) yang menjadi sangat penting dalam
persiapan berkeluarga maupun ketika sudah berkeluarga. Tentu saja tetap harus
memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
6. Pendidikan
Pada dasarnya sekolah meng-ajarkan
berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah
keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang
efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal
ini peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap
dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap
perkembangannya.
7. Persahabatan
dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan
temanteman amatlah besar. Tidak jarang mereka lebih mementingkan urusan
kelompok dibandingkan urusan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang
normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif
dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan
sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan
bermanfaat bagi
perkembangan
psikososialnya.
8. Meningkatkan
Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan
penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya
sendiri (kelebihan dan kekurangannya) yaitu potensi dirinya, agar mampu
mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi seremaja mudah menyesuaikan diri
dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak
dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau
mengakui kesalahannya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima
kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok
dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan
sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi,
bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak
awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih
mana yang penting dan mana yang kurang pentingmelalui pendidikan disiplin, tata
tertib dan etika.
Masih banyak cara-cara lain yang
bisa dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian
diri remaja. Kalianpun bebas memilih caracara yang tepat sesuai dengan
kebutuhan kalian seharihari.
Satu hal yang
harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan
keterampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya
sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Pada akhirnya
mereka sebagai bagian dari generasi muda dapat berperan serta dalam berbagai aktivitas
dan berprestasi dengan baik sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.